surat



Ini adalah surat cintaku padamu.
Apakah kau tahu mengapa Tuhan memberi manusia dua mata untuk melihat,
dua telinga untuk mendengar,
dua tangan untuk menggenggam dan dua kaki untuk melangkah,
tapi hanya menganugrahi satu hati untuk merasa.
Mungkin jawabannya adalah karena Ia telah menitipkan satu hati lainnya kepada seseorang.
Seseorang yang harus kita temukan,
seseorang yang kan melengkapi satu hati yang telah kita miliki.
Belahan jiwa kita, soul mate.
Sudahkah kau menemukannya?
.............................................................................

Ini adalah surat cintaku padamu yang pertama kali.
Banyak orang bicara tentang cinta.
Menulis cerita cinta, menyanyikan lagu cinta.
Tapi berapa banyak yang benar-benar tahu apa itu cinta?
Apakah rasa ini,
yang membuatku betah berlama-lama didekatmu adalah cinta?
Apakah rasa ini,
sesuatu yang membuatku risau saat kau bercerita tentang dia,
layak disebut cinta?
Aku tak tahu.
Dan tak mencoba untuk tahu.
Mungkin aku takut mendapati kenyataan bahwa aku benar-benar jatuh cinta padamu
dan kau tidak.
Aku kan kecewa, mungkin patah hati.
.............................................................................

Ini adalah surat cintaku yang ke-2 padamu.
Apakah kau percaya bahwasanya dunia ini diatur oleh Yang tak terlihat?
Aku percaya,
Ia menentukan kemana angin berhembus,
kapan hujan turun dan Ia pula lah yang meletakan benih cinta di hati seseorang.
Ia bekerja begitu sempurna.
Hingga laut tak pernah berhenti mengalir,
hingga bumi dan seluruh planet dapat terus bergerak.
Tapi entah mengapa diantara kesempurnaan itu terselip ketidakwajaraan,
serupa cintaku padamu.
Cinta yang salah kepada orang yang salah.
Bukankah cinta seharusnya putih,
tapi mengapa cintaku begitu pekat?
Bukankah cinta semestinya manis,
tapi kenapa cintaku terasa getir?
Mungkinkah ini kutukan?
............................................................................

Ini adalah surat cintaku padamu yang ke-11.
Seberapa banyak hal yang diketahui manusia seumur hidupnya?
Mana yang lebih besar,
hal-hal yang berhasil dia ketahui atau hal-hal yang tidak pernah dia temukan jawabannya?
Ya, hidup adalah misteri.
Kita lahir tanpa meminta, mati tanpa sempat menunda..
Cintaku padamu adalah serupa kematian.
Aku tak pernah tahu kapan , bagaimana ia datang.
Tapi ketika ia datang, maka ia telah datang.

Tahukah kau bahwa aku mampu mengenali derap langkah kakimu tanpa perlu melihat, hanya dengan mendengar?
Tahukah kau bahwa aku hafal wangi yang melekat di tubuhmu?
Tahukah kau berapa banyak malam yang kulalui dengan mimpi-mimpi tentangmu?
Tahukah kau bahwa aku membenci perasaanku padamu.

Bahwa aku terlalu takut mengakui bahwa aku menginginkanmu
dan bahwa aku hanya mampu mencuri pandang dari sudut pelupuk mataku?
Tahukah kau bahwa kau membuatku tak mengerti diriku sendiri dan apa yang kurasakan?

Kurasa kau tak perlu tahu.

Karena mengetahui tak kan mengubah segalanya.
Biarkan aku menjadi angin yang berhembus dan lenyap tanpa kau sadari.
Hanya mampu kau rasakan.
Biarkan cintaku menjadi bayangan yang akan mengikutimu ke mana pun kau pergi,
yang mampu menghilang di balik kegelapan.
...........................................................................

Ini adalah surat cintaku padamu yang ke-19.
apakah perasaan diciptakan untuk diucapkan?
Mengungkapkan tak kan mengubah segalanya.
Kenyataan dan tentu saja perasaanku padamu.
Dan seperti ke-18 surat lainnya yang kutujukan padamu,
surat ini akan berakhir di dalam laciku tanpa pernah mendapat kesempatan merasakan genggaman tanganmu.

Apakah cinta diciptakan untuk dimiliki?
Karena aku tetap mencintaimu,
walaupun aku tak kan pernah bisa memilikimu.
Karena aku tetap mencintaimu walaupun kau tak kan pernah tahu.
Apakah ini kutukan?
Cinta adalah bom waktu dan aku terorisnya.
Ia meledak sebelum aku sempat menyerahkannya.

Seharusnya kita berdua mati dalam ledakan itu, bukan mati sendirian.

Apakah aku sakit jiwa?

Cinta adalah api dan aku kayu bakarnya.
Cinta membakarku habis,
sebagian menjadi abu, sebagian menjadi arang.
Arang yang hitam dan hitam bukanlah putih.

Apakah ini sebuah dosa?
Jika ya, biarkan ini menjadi dosa termanis yang pernah kukecap tanpa perlu kusesali sedikit pun,
karena kau begitu indah.
............................................................................

Ini adalah surat cintaku yang ke-28 padamu.

Terlambat.

Manusia mana yang tak pernah mengalaminya?
Mungkin hanya fajar pagi yang slalu tepat waktu yang tak kenal dengannya.
Begitu banyak alasan untuk sebuah keterlambatan;
mengira banyak waktu hingga menunda atau terlalu pengecut hingga terus menghindar.
Aku tak tahu aku termasuk yang mana,

satu hal yang pasti,
telah terlambat bagiku tuk mengatakan sesuatu; aku cinta padamu.

Tiga kata, apa susahnya mengatakannya?
Tapi entahlah,
aku tak pernah sanggup..
Harusnya kukatakan itu dulu,
selagi kau masih mau mendengarku bicara.
Tapi sekarang, sudah terlambat.
Aku terusir dari hidupmu..
............................................................................

Ini adalah surat cintaku yang ke-31 padamu.
Ingatkah kau apa kata pertama yang bisa kau ucapkan?
Tak ada manusia yang mampu mengingatnya,
mungkin karena mereka terlalu muda untuk mengingat kali pertama mereka bisa berbicara.
Atau mungkin karena selama hidupnya,
milyaran kata telah mengalir deras dari pasang bibir manusia.
Ya, manusia mampu mengucap apa saja; sumpah serapah, rayuan, bahkan kata-kata canggih yang mereka sendiri tak tahu artinya.

Ya, manusia mampu mengungkapkan apa saja,
kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, apapun yang mereka rasakan.
Namun, ada beberapa kata yang membuat bibir mereka kelu dan lidah mereka beku.

Kata-kata yang entah mengapa lebih baik disekap dalam senyap daripada dibiarkan terucap.

Seperti kata maaf.
Seperti tiga kata: aku cinta kepadamu,
sebuah susunan kata subjek-predikat-ketererangan yang seharusnya kukatakan padamu sejak tiga tahun lalu.
Ah, cinta.
Cinta memberiku kekuatan menyimpan kata-kata itu tanpa membuatnya membusuk.
Bahkan, cinta memberi kata-kata itu kekuatan untuk tumbuh dan tumbuh semakin kuat setiap hari.
............................................................................

Ini adalah surat cintaku yang ke-41 padamu.
Banyak manusia yang tahu pasti akan tujuan hidupnya.
Tapi, adakah manusia yang tahu mengapa dia harus mati ?
Kematian serupa hujan, dan hidup adalah kemarau.
Kematian menghapus hidup, seperti hujan yang menghapus kemarau.
Banyak orang yang bilang kematian itu menakutkan.
Tapi adakah yang sadar,
bahwasanya kematian bisa menjadi hal yang paling dirindukan.
Jika dengan datangnya,
ia mampu melepaskan jiwa dari kehampaan,
membebaskan hati dari keputusasaan.

Adakah yang mengakui,
bahwasanya kematian bisa menjadi saat termanis.
Bila ia menjemput dalam dekap sang kekasih..

Ini adalah surat cintaku padamu yang terakhir kalinya.
Yang kutulis dibatas asa dan diakhir mimpi.

Apakah ada manusia yang tak pernah bermimpi?
Tentang sesuatu yang ditakutkan,
seseorang yang dirindukan atau apa saja.
Manusia memang penuh dengan mimpi.
Dan aku adalah orang yang hidup dalam mimpi.
Dan sesungguhnya, kuingin tetap begini.
Larut bersama imaji tentang kau dan aku di suatu hari nanti.
Tapi yang kudapati dari menanti hanyalah hati yang mati.
............................................................................

Ini adalah surat cintaku padamu yang kesekian kali.

Jika ditanya apa hal tersulit di dunia ini,
mungkin banyak orang kan memilih memaafkan sebagai jawabannya.
Ya, memaafkan memang sulit,
tapi bagiku ada yang jauh lebih sulit dari itu ; melupakan.

Hanya butuh waktu semenit untuk menaksir seseorang,
sejam untuk menyukai,
dan seharian untuk bisa mencintai.
Tapi butuh waktu seumur hidup untuk bisa melupakan.

Mungkin itulah sebabnya mengapa surat ini masih tertulis untukmu.

Karna aku... tak bisa melupakanmu.

(dari kekasih, untuk hatinya yang dulu)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

What a nice poetry!!!!