rinduku padamu

Ada satu malam dimana aku benar-benar ingin berbaring disampingmu dan menguraikan kerinduan ini bersama-sama..

Entahlah, semalam aku bermimpi, tentang kamu, tentang kita, bercinta..

Akhirnya aku mengakui kalau peribahasa itu selalu benar, kita akan mengetahui betapa berharganya seseorang saat dia sudah meninggalkan kita, dan aku menyadari, betapa kamu berarti ketika kita sudah tidak bersama lagi, bolehkah..?

Indah, hanya kata kata itu yang bisa kuterjemahkan sebagai penggambaran akan dirimu.

Ingat? Ketika pertama kali kamu mempersilahkan aku masuk kekamarmu, kau memandangku dari atas kebawah, menelitiku. Lucu menurutku, dan matamu itu, ah.. bagaimana aku tidak tertarik, sepasang mata yang menyelidik, juga senyummu, senyum yang penuh dengan kesombongan dan ketidak percayaan.

Perjumpaan pertama kita terasa sangat kikuk, menurutku, tapi entah kenapa.. matamu, senyummu, membutku ingin kembali mengunjungimu, lagi.. dan lagi..

Semuanya berjalan tanpa direncanakan, percintaan demi percintaan, orgasme demi orgasme, tawa demi tawa, kita jalani tanpa ada beban, tanpa ada ikatan, bukan begitu?

Tapi ternyata, hubungan seperti itu, mau tidak mau, bisa tidak bisa, selalu melibatkan hati, hatiku, hatimu, hati kita.

Ketika memeluk tubuh rampingmu menjadi kebutuhan lebih dari suatu keharusan, ketika membelai rambut panjangmu menjadi suatu kerinduan lebih dari keinginan.. aku tersadar, kalau aku tak bisa berkompromi dengan itu, membagi hati padamu adalah dosa, karna nyatanya aku, seperti yang kamu ketahui, telah berpemilik. Maka aku mematikan rasaku.

Kamu marah ‘kamu tidak realistis, bagaimana seseorang menggantungkan cintanya pada orang lain yang bahkan jaraknya ribuan kilometer dari sini?’ tanyamu suatu hari. Diamku menjadi jawab bagimu, dan kau tak bertanya lagi.

Bagiku, kalian berdua, kekasihku dan kamu, adalah dua hal yang saling melengkapi, yin dan yan, siang dan malam, hitam dan putih. Dan aku tak membutuhkan orang lain untuk melengkapi kisah kita.

Kau berkata aku tukang gombal. Bukan, itu hanyalah isyarat jujur dari dalam hati, hatiku lebih tepatnya.

‘apakah kau tidak risi bercinta dengan seorang pelacur sepertiku?’ tanyamu.. kemudian aku memelukmu

‘bagiku, semua pekerjaan sama, menukar apa yang menjadi miliknya dengan uang, begitu juga yang kamu lakukan, walaupun dengan cara yang berbeda. Aku akan sangat bahagia kalau kamu berhenti melakukannya, tapi kalau tidak, itu adalah hakmu, karna bahkan kau mengenal pekerjaan ini terlebih dahulu daripada aku’ bisikku ditelingamu.. sekali lagi kau menuduhku tukang gombal, bukankah sudah kukatakan kepadamu, itu hanyalah isyarat jujur dari dalam hatiku.

‘jangan mencintaiku’ aku mengingatkanmu ‘aku sudah berpemilik, dan mencintaiku hanyalah sia-sia, itu akan menyakitimu, sedangkan hal yang paling kubenci adalah melihatmu terluka’ aku menambahkan.

Tapi nyatanya, kata-kataku tak kau indahkan.

‘tinggalkan dia, bersamalah denganku’ pintamu

aku menggeleng.. saat itu aku tau, waktuku bersamamu sudah selesai.

Maka aku berkemas, meninggalkanmu.

‘aku benci mengucapkan good bye, maka biarlah aku berkata see you again’ pamitku

kamu tersenyum, masih dengan senyum yang sama ‘setelah semua yang kita lalui, setelah semua hal yang kamu lakukan, apakah kamu berpikir aku masih ingin bertemu denganmu?’ kamu membalik kata-kataku

Perpisahan, begitu menyakitkan. Tapi kita sampai dipersimpangan ini, dan mengambil jalan kita masing-masing.

Kamu, yang membuatku jatuh cinta.. bahkan sampai sekarang.

Maka jika kamu membaca ini, walaupun rasanya tidak mungkin, aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Bahagialah, dengan siapapun kau bercinta, vella.

0 komentar: