elegi perjodohan

hanya butuh waktu sehari setelah kekasihku meninggalkan Semarang, teman-temanku mulai menjodoh-jodohkanku dengan beberapa wanita yang menurut mereka memenuhi kriteria sebagai TTM yang baik. Salah satu yang paling semangat dalam proses comblang-mencomblang ini adalah si A, temen kantorku, yang kebetulan juga patner dari sahabatku sendiri.
Menurut A, sungguh nggak berkelas dan sia-sia kalo kita nyari TTM lewat chat room, selain wasting time, juga sinkron sekali dengan pribahasa 'beli kucing dalam karung'.. dan walaupun aku membenarkan ucapannya, demi eksistensi, chat room tetap kusambangi bila waktu mengijinkan.

Bergaya sebagai mak comblang profesional, dia mulai menyodorkan beberapa nama yang semuanya kutolak mentah-mentah, karna kesemua nama itu adalah lelaki, dan si A ini jelas-jelas tau orientasi seksualku.

Sampai akhirnya disuatu penghujung hari selepas kami siaran, iseng-iseng dia menanyakan bagai mana hubunganku dengan Cell, teman sekampusku, yang belakangan aku tau, telah berkonspirasi membentuk satu genk baru bersama si A dan pasangannya.
aku menjelaskan, bahwa hubunganku dengan Cell sudah masuk dalam kategori 'Bad relation' dimana aku atau dia sudah sama-sama enggan untuk saling mengusik.

I left her and she hates me.

tapi si A tertawa mendengar ucapanku, dia beralasan, Cell sampai sekarang masih menantiku dan kapanpun aku mau kembali, dia akan menerimaku.

'dia tuh kurang apa lagi sih, bandingin sama semua cewe yang kamu kencani, dia paling cantik, mapan, setia, dan yang penting, dia CINTA sama kamu' si A berargumen
aku menggeleng
'justru karna dia CINTA sama aku, aku ga bisa nglanjutin hubungan sama dia. Jelas-jelas aku akan meninggalkannya, untuk apa dia repot-repot mencintaiku yang sudah punya pasangan. Yang aku inginkan dari sebuah hubungan sekarang adalah, just for fun.. nggak ngelibatin hati. Cintaku buat Cell sudah lama tergantikan oleh orang lain. kalo aku harus membuka kembali perasaan itu, aku nggak sanggup. aku nggak bisa terluka atau melukai dia, lagi'
seulas senyum tipis mengembang di bibir A, dan aku tau artinya: Belum ada kata Menyerah.

Terbukti, tiap ada kesempatan, dia selalu melibatkan aku dan Cell.
'makan di Cafe X yuk' A menawari
'sama sapa aja?' tanyaku
'aku, Dave, Cell..'
'no thanks'
-------------------------------------
'ke kampus yuk, mau ngurus KHS nih, tar Cell juga kekampus kok'
-------------------------------------

akhirnya dengan agak jengkel, setelah terakhir ajakannya untuk double-date malam minggu besok bersama Cell kutolak, si A memintaku untuk terakhir kali aja menghubungi Cell, hanya sebagai teman.

Malamnya ketika aku keluar bersama Dave, patner si A, aku memintanya untuk menghubungi Cell. Sebagai sahabat kupikir dia paham bagaimana perasaanku ke Cell, karna dia juga sudah banyak mendengar kisah kami, baik dari aku ataupun dari Cell.
Dave mengatur pertemuanku dengan Cell dikampus hari kamis, memanfaatkan waktu liburku.
Aku mengiyakan dengan syarat, Dave sebagai teman kami berdua harus ikut serta, karna aku tak bisa membayangkan kekosongan yang akan terjadi bila aku bertemu berdua saja dengan Cell.

Terakhir kami bertemu, masih sebagai sepasang kekasih, masih tidak canggung untuk berciuman dan melakukan hal lain, sampai aku memutuskan bahwa kisah kami ini sudah terlalu banyak melibatkan hati, terutama dari pihak Cell. Dia menuntut terlalu banyak dari yang bisa ku berikan sebagai seorang yang sudah memiliki kekasih.
Dan ketika dia menginginkan lebih dari TTM, aku meninggalkannya dengan kejam.

itulah sebabnya, demi alasan moral, kemanusiaan, aku berinisiatif untuk tidak lagi mengganggu hidupnya dengan sms, tlp ataupun menunjukkan bayanganku didepan matanya. Tapi ternyata dia masih mengharapkanku.

Kamis pagi, dave mengingatkan janji kami untuk ketemuan, aku mengiyakan walaupun dalam hati, ada rasa enggan untuk bertemu dengan Cell.. aku nggak sanggup mempertanggung jawabkan keputusanku dulu langsung didepan mukanya, walau dia berjanji, pertemuaan kami ini hanya sebatas teman, tidak lebih.

sorenya, aku berangkat setengah jam sebelum waktu pertemuan, lalu menghubungi Dave.
'sori, aku ga bisa nemenin kamu, aku pergi sama A' dia meminta maaf

Damn! ini konspirasi!

mereka sengaja membujukku untuk ketemu sama Cell, lalu dengan berbagai alasan, meninggalkanku berdua saja dengan dia.

dengan jengkel aku meninggalkan kampus, lalu berhenti di depan kantor seseorang, yang kebetulan jaraknya ga gitu jauh.
setengah jam aku menunggu. Dan semua rasa jengkel itu tiba-tiba hilang begitu dia keluar.

Aku sedang menghabiskan makananku ketika dave menelpon.
'kamu dimana?' dia bertanya dengan aga jengkel
'lagi di burjo' jawabku pendek
'kamu tau ga, Cell nungguin kamu dikampus! tega banget sih. sekarang kamu kesana nemuin dia!' dave memerintah, seolah berhak mengaturku
'ga bisa, aku lagi sama cewe' ucapku, lalu mematikan telp.

wanita dihadapanku ternyata dari tadi mendengarkan.
'siapa?' dia bertanya
'oh, cuma temen' aku tersenyum
'kalo ada janji tinggal aja, aku ga papa koq'
aku menggeleng, memutuskan untuk tidak kemana-mana.

Perjalanan pulang, penyesalan tak henti-hentinya mendera hatiku. Menyesalkan tindakan pengecutku yang lebih memilih menghindar dari pada memberi penjelasan secara langsung pada Cell. Memilih dating dengan orang lain ketimbang memenuhi janji untuk bertemu dengan dia.

Lagi, aku melukai hati seorang wanita.
Lagi, aku membuatnya semakin membenciku.

SELAMAT.

*baca lagi dari atas, apa hubungannya tulisan ini sama judul 'elegi perjodohan' ya? (capee deh!)

0 komentar: